Kebutuhan Pengguna Dalam Model Desain Grafis



Saat ini sarana pelayanan kesehatan, tak terkecuali rumah sakit, dituntut untuk menggunakan teknologi dalam setiap kegiatan yang dilakukan guna mendukung kinerja yang lebih cepat, tepat dan benar. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) sebagai teknologi dalam mengelola data di rumah sakit kian berkembang seiring tuntutan tersebut. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit disebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk SIMRS. Implikasi dari maraknya pengembangan SIMRS ini jelas menimbulkan dampak sebagaimana yang diharapkan. Pengumpulan data kesehatan tidak lagi dalam bentuk manual. Rilisnya system pelaporan rumah sakit SIRS 2011 memudahkan rumah sakit untuk mengirim pelaporannya secara elektronik dan seragam kepada dinas kesehatan hingga tingkat pusat. Output olahan data rumah sakit dapat diambil kapan saja dan dilakukan dalam hitungan detik muncul pada dashboard di meja pimpinan, sebagai informasi bahan pengambilan keputusan. Namun beberapa kasus penerapan SIMRS juga mengalami kegagalan. Yang sering terjadi adalah aplikasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna, dimana sistem tidak mengakomodasi informasi yang diperlukan serta rumitnya pengguna memakai aplikasi hanya untuk mencari data. Selain itu pilihan teknologi yang dibangun juga terkadang mengalami kesalahan persepsi, bahwa tidak semua teknologi yang paling mutakhir itu pasti dapat menyelesaikan masalah. Memang aplikasi yang dibangun boleh jadi menggunakan teknologi paling mutakhir, tetapi malah tidak tepat guna. Problemproblem ini yang tidak sesuai harapan, tentunya menjadikan pengguna mengalami kekecewaan sehingga menolak untuk memakai sistem, kemudian akhirnya kembali ke cara lama. Menurut Cafasaro dalam O’Brien (2005) penyebab
kegagalan dalam membangun sistem informasi diantaranya tidak ada dukungan manajemen, pemakai ( end user ) yang tidak dilibatkan dan penggunaan kebutuhan perusahaan yang tidak jelas.   Tuntutan pelaporan disertai data yang updated serta tuntutan kebutuhan pelayanan, ikut “memaksa” rumah sakit untuk segera membangun system informasi yang terintegrasi dan mengakomodasi segala kebutuhan informasi di seluruh lini pelayanan rumah sakit. Tak terkecuali Rumah Sakit yang juga telah merintis penerapan SIMRS di awal tahun 2016 dan kini masih dalam tahap perkembangan berkelanjutan. Terkait kegiatan sensusharian, mereka mengalami permasalahan dalam olahan data. Menurut petugas di sana, problem yang terjadi adalah kesalahan dalam membaca nomor rekam medis, dan ini otomatis juga menjadi salah dalam menuliskannya, sehingga menyebabkan data-pasien tidak dapat ditemukan saat diperlukan. Selain itu, terkait data pelaporan rumah sakit, petugas menginginkan data pasien rawat inap dapat langsung diambil setiap saat diperlukan, tanpa harus menghitung manual terlebih dahulu. Menghitung dengan cara manual dianggap memakan waktu lebih lama dan tentu saja risiko terjadi kesalahan lebih besar.  Problem-problem tersebut sangat erat berkait dengan system informasi. Oleh karena itu, perlu dibangun system yang mengatur kemana arus informasi berjalan,  system yang mengakomodasi keinginan pengguna. Guna membangun system yang demikian, dan menghindari kegagalan, maka sistem harus didisain dengan tepat. Menurut Saputra & Purnama (2012) disain merupakan tahap melakukan pemikiran untuk mendapatkan cara terefektif dan efisien mengimplementasikan sistem dengan bantuan data yang didapatkan dalam tahap analisa. Dalam disain ini akan menghasilkan desain arsitektur sistem dan desain interface (antarmuka).   Salah satu subkegiatan pada tahap disain ini adalah analisis kebutuhan pengguna dengan melakukan identifikasi







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Informasi Manajemen Di Rumah Sakit

INTERNET NEW MEDIA