Sejarah televisi analog dan digital
Dunia kita telah mengalami perkembangan secara signifikan dari segi teknologi.
Teknologi yang paling sering kita lihat dan paling sering kita gunakan adalah
televisi alias TV. Tele (berasal dari Yunani, yang artinya jauh)
dan Visio (berasal dari Latin, yang artinya jauh atau penglihatan)
merupakan kata-kata pembentuk dari televisi. Televisi hadir sebagai jawaban
akan kelemahan radio. Selain audio yang mengeluarkan suara, televisi disertakan
dengan visual atau gambar yang hidup dan bergerak, yang membuat masyarakat
lebih menyukai televisi dibandingkan dengan telekomunikasi lainnya.
Awal terciptanya televisi dimulai dari ditemukannya Gelombang Elektromagnet oleh
ilmuwan Joseph Henry dan Michael Faraday pada tahun 1831, lalu ditemukannya cairan
kristal oleh Freidrich Reinitzeer dan Tabung Sinar Katroda oleh Karl Ferdinand
Braun. Istilah televisi pertama kali digunakan oleh tokoh Rusia Constatin
Perskyl pada tahun 1900 dalam acara International Congress of Electricity.
Tokoh Rusia lainnya, Vladimir Zworyki, di tahun 1929 menyempurnakan Tabung
Katroda dan temuannya menciptakan CRT. Lalu, tahun 1940, tokoh bernama Peter
Goldmark menemukan TV berwarna untuk pertama kalinya dengan menggunakan
resolusi 343 garis. Setelah Perang Dunia II usai, masyarakat dunia mulai
menikmati televisi. Pada tahun 1950, televisi mulai menjamur dan menjadi
pilihan masyarakat, terutama yang masih mengeluarkan warna hitam putih, walaupun
televisi berwarna pun sudah ada di waktu itu.
Kemudian, pada sekitar tahun 1968, diperkenalkan televisi layar LCD oleh
sebuah lembaga bernama RCA yang diketuai George Heilmeier. Pada tahun 1995
tokoh Amerika bernama Larry Webber juga menciptakan layar plasma, yang di tahun
itu lebih kuat dibandingkan dengan televisi jenis lainnya. Memasuki tahun
2000-an semua jenis televisi ditingkatkan dan dilakukannya berbagai bentuk
penyempurnaan, baik pada LCD, Plasma, maupun CRT.
Pengertian serta sejarah Televisi Digital.
Televisi digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi
digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke
pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk
menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital
yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti
komputer.
Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang
terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang
dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa
dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan
oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era
komunikasi elektronik.
1876
– George Carey menciptakan selenium camera yang digambarkan dapat membuat
seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut
tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda.
1884
– Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan
kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis.
1888
– Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid
crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru
dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
1897
– Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand
Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang
menjadi dassar televisi layar tabung.
1900
– Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada
acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran
Teknologi Dunia di Paris.
1907
– Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar
katoda untuk mengirim gambar.
1927
– Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi
modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube
menjadi dasar kerja televisi.
1929
– Vladimir Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan
kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT.
1940
– Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
1958
– Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan
Dr. Glenn Brown.
1964
– Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald
Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
1967
– James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih
praktis.
1968
– Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George
Heilmeier.
1975
– Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
1979
– Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru
organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan
jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat
display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
1981
– Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan
resolusi mencapai 1.125 garis.
1987
– Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995
– Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma
Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan
cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26
juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
dekade
2000- Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD,
Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari
sebelumnya.
Pengertian Televisi Analog.
Pada
televisi analog, alat yang digunakan untuk mengkodekan informasi gambar yaitu
dengan memvariasikan voltase dan / atau frekuensi dari sinyal. selanjutnya
seluruh sistem yang ada sebelum televisi digital dapat dimasukan ke sistem
analog. Sistem ini dianggap lebih ribet atau sulit. Pada sistem analog dibutuhkan
antena dan kabel yang membantu dalam proses penyiaran.
Perbedaan TV analog dengan TV digital.
·
Kualitas
gambar dan suara
Siaran
televisi digital terestrial menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil
dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan
sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang mampu mengatasi
efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan jamak
menimbulkan echo atau gaung yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada
bayangan).
Penyiaran
televisi digital menawarkan kualitas gambar yang sama dengan kualitas DVD,
bahkan stasiun-stasiun televisi dapat memancarkan programnya dalam format 16:9
(layar lebar) dengan standar Standard Definition (SD) maupun High Definition (HD).
Kualitas suara pun mampu mencapai kualitas CD Stereo, bahkan stasiun televisi
dapat memancarkan suara dengan Surround Sound (Dolby DigitalTM).
·
Tahan
perubahan lingkungan
Siaran
televisi digital terestrial memiliki ketahanan terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile TV),
misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang
atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.
·
Tahan
terhadap efek interferensi
Teknologi
ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta
kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal yang
rusak akibat proses pengiriman atau transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan
di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code)
tertentu.
·
Efisiensi
spektrum/kanal
Teknologi
siaran televisi digital lebih efisien dalam pemanfaatan spektrum dibanding
siaran televisi analog. Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan
untuk siaran televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital
sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF. Sedangkan
lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6,
artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu
kanal transmisi, maka pada teknologi digital untuk lebar pita frekuensi yang
sama dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6
hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.
Dalam bahasa
yang sederhana, ini berarti dalam satu frekuensi dapat digunakan untuk enam
siaran yang berbeda. Ini jauh lebih efisien dibanding dengan siaran analog
dimana satu frekuensi hanya untuk satu siaran saja. Dengan keunggulan ini,
keterbatasan jumlah kanal dalam spektrum frekuensi siaran yang menjadi
penghambat perkembangan industri pertelevisian di era analog dapat diatasi dan
memungkinkan munculnya stasiun-stasiun televisi baru yang lebih banyak dengan
program yang lebih bervariasi.
Komentar
Posting Komentar